Kamis, 22 September 2011

Makalah pokok bahasan aqidah

BAB I
PENDAHULUAN

Kita adalah makhluk Allah SWT yang diciptakan dimuka bumi ini untuk mengenal dan melaksanakan kehidupan sesuai syari’atnya.Oleh sebab itu,manusia hendaklah menunbuhkan sikap mempertebal dan menjaga keimanan dengan kekuatan aqidah. Dalam hal ini,akidah menekankan pada kemampuan memehami dan mempertahankan keyakinan / keimanan yang benar . selain itu,manusia hendaknya dapat menghayati dan mengamalkan nilai-nilai al-asma’alhusna.

Aspek keimanan tersebut harus diiringi dengan sikap dan tingkah laku yang baik. Dalam hal ini berhubungan dengan akhlak. Akhlak menekankan pada pembiasaan untuk melaksanakan akhlak terpuji dan menjauhi akhlak tercela dalam kehidupan sehari-hari .

BAB II


A. Iman kepada Allah

Allah adalah tuhan yang behak disembah . Selain allah , tidak ada tuhan yang patut disembah. Dia adlah pencipta alam semesta.Iman kepada Allah SWT berarti percaya dengan sepenuh hati tanpa ada sedikit pun kereguan kepada allah SWT dengan segala sifat kesempurnaan nya ., baik yang wajib , mustahil , maupun yang jaiz , kemudian diucapkam dengan lisan lalu dibuktikan dengan amal perbuatan .(QS. Al-Ikhlas 1-4)
Artinya :
1 . katakanlah: “Dia-lah Allah yang maha Esa .”
2 . “Allah adalah Tuhan yang bergantungkepada-nya segala sesuatu .”
3 . “Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan .”
4 . “Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan dia .”
Iman kepada Allah adalah mengucapkan dengan lisan,membenarkan dengan hati,dan mengamalkan dengan anggota badan.”

Beriman kepada allah adalah membenarkan dengan yakin akan keberadaan allah dan keesaan nya ,baik dalam perbuatnnya , penciptaan alam seluruhnya,maupun dalam penerimaan ibadah segenap hambanya,serta membenarkan dengan penuh keyakinan bahwa allah mempunyai sifat kesempurnaan dan terhindar dari sifat kekurangan .

Dalam ilmu ushuluddin(ilmu kalam)sifat-sifat Allah SWT yang wajib diimani ada 20 perkara,yaitu :

1 . Al-Wujud(Allah ada)
2 . Al-Qidam(dahulu/sedia)
3 . Al-Baqa(kekal)
4 . Al-Mukhalafatu lil hawadits(berbeda dari semua makhluk)
5 . Qiyamuhu bi nafsih(berdiri sendiri)
6 . Al-Wahdaniyat(maha esa)
7 . Al-Qudrat(maha kuasa)
8 . Al-Iradat(berkehendak)
9 . Al-Ilmu(maha mengetahui)
10 . Al-Hayat(maha hidup)
11 . As-Sama(maha mendengar)
12 . Al-Basyar(maha melihat)
13 . Al-Kalam(maha berkata-kata)
14 . Qadiran(maha berkata-kata)
15. Muridan(maha berkehendak)
16. ‘Aliman(maha mengetahui)
17. Hayyan(maha Hidup)
18. Sami’an(maha Mendengar)
19. Bashiran(maha Melihat)
20. Mutakalliman(maha berkata-kata)

B . Iman kepada malaikat Allah .

Iman kepada Malaikat adalah yakin dan membenarkan bahwa Malaikat itu ada, diciptakan oleh Allah SWT dari cahaya / nur . Para ulama sepakat, bahwa mengimani keberadaan malaikat hukumnya wajib . Malaikat sebagai makhluk gaib tidak memasuki alam nyata atau alam materiil,tetapi alam rohani Dia bertugas dan berfungsi sebagai perantara dan pelaksanaan kehendak Allah SWT terutama yang berhubungan dengan alam rohani manusia .

Malaikat secara bahasa artinya risalah atau yang menyampaikan pesan . secara istilah adalah makhluk Allah yang bersifat gaib yang wujudnya tidak dapat dilihat,dilihat,didengar,diraba,dicium, atau dirasakan . Malaikat adalah suatu alam yang halus termasuk hal-hal yang gaibtidak dapat dicapai oleh panca indera mereka hidup dalam suatu alam yang berbeda dengan kehidupan alam semesta yang kita saksikan ini,oleh karena itu tidak dapat dicapai oleh pandangan kita yang mengetahui hakikat keberadaannya hanya Allah ta’ala sendiri .

Malaikat sangat berbeda dengan manusia yang suka makan,minum,tidur, berjenis laki-laki atu perempuan. Mereka disucikan dari kesyahwatan hayawaniyah,terhindar sama sekali dari keinginan-keinginan hawa nafsu,terjauh dari perbuatan-perbuatan dosa dan salah.mereka juga mempunyai kekuasaan dapat menjelma dalam rupa manusia atau lain-lain bentuk yang dapat dicapai oleh rasa dan penglihatan manusia .
Allah menciptakan malaikat dari Nur,sebagaimana muslim meriwayatkan dalam sebuah hadis dari Aisyah ra.bahwa Rasulullah SAW. Bersabda :“Malaikat itu diciptakan dari Nur (cahaya),jin diciptakan dari nyala api dan adam diciptakan dari apa yang telah diterangkan padamu semua .”

Tiada satu malaikat pun yang diciptakan Allah kecuali memiliki tugasnya masing-masing. Bagi seorang muslim, mengimani malaikat Allah tidak diharuskan mengetahui detil-detil mengenai malaikat beserta tugasnya, karena hal demikian tidaklah manusia mampu. Allah memang tidak pernah membebani setiap hambanya kecuali sebatas kemampuannya .

Tiada satu malaikat pun yang diciptakan Allah kecuali memiliki tugasnya masing-masing. Bagi seorang muslim, mengimani malaikat Allah tidak diharuskan mengetahui detil-detil mengenai malaikat beserta tugasnya, karena hal demikian tidaklah manusia mampu. Allah memang tidak pernah membebani setiap hambanya kecuali sebatas kemampuannya .

Adapun secara global, setiap muslim minimal mengenal 10 tokoh malaikat beserta tugasnya, yakni: (1) malaikat Jibril bertugas utama menyampaikan wahyu Allah kepada para Nabi, (2) malaikat Mikail bertugas utama membagikan rejeki kepada seluruh makhluk Allah, termasuk mengatur musim, (3) malaikat ‘Izroil bertuga utama mencabut nyawa setiap makhluk hidup, (4) malaikat Roqib bertugas utama mencatat/merekam berbuatan baik setiap hamba, (5) malaikat ‘Atid bertugas utama mencatat/merekam perbuatan buruk setiap hamba, (6) malaikat Munkar dan Nakir bertugas
utama mengajukan pertanyaan-pertanyaan pada manusia di alam barzah/kubur, (7) malaikat Ridwan bertugas utama menjaga surga (8) malaikat Malik bertugas menjaga neraka dan (9) malaikat Isrofil bertugas utama meniup sangkakala dimulainya kiamat dan diawalinya Hari Kebangkitan .

C . Iman kepada Kitab-Kitab Allah .

Secara bahasa, كتب adalah bentuk jamak dari كتا ب . Sedangkan kitab adalah mashdar yang digunakan untuk menyatakan sesuatu yang ditulisi didalamnya. Ia pada awalnya adalah nama shahifah (lembaran) bersama tulisan yang ada di dalamnya.
Sedangkan menurut syariat, كتب adalah kalam Allah yang diwahyukan kepada rasul-rasul-Nya agar mereka menyampaikannya kepada manusia dan yang membacanya bernilai ibadah.
Meyakini dengan tanpa keraguan bahwa kitab-kitab Allah yang suci yang diturunkan kepada para Rasul adalah kalam Allah.
Dalil yang menunjukan supaya beriman kepada kitab-kitabNya yaitu diantaranya : AnNisa’ ayat 136 :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا آمِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَالْكِتَابِ الَّذِي نَزَّلَ عَلَىٰ رَسُولِهِ وَالْكِتَابِ الَّذِي أَنزَلَ مِن قَبْلُ ۚ وَمَن يَكْفُرْ بِاللَّهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَالًا بَعِيدًا
Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya, serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya
.
Dalam AlQuran tersebut ada 4 kitab Suci yang diturunkan :
1. Taurat, adalah Kitab Suci yang diturunkan kepada Musa A.S.
2. Zabur, adalah Kitab Suci yang diturunkan kepada Dawud A.S
3. Injil, Adalah Kitab Suci yang diturunkan kepada Isa A.S.
4. Al Quran, Adalah Kitab Suci yang diturunkan kepada penutup para Nabi dan Rasul, yaitu Muhammad SAW.


Alquran datang dengan syariat yang universal, umum berlaku untuk setiap zaman dan tempat, menghapus syariat-syariat sebelumnya, mencakup semua yang dibutuhkan manusia dalam kehidupan dunia hingga Hari Kiamat, serta membawa mereka ke taman kebahagiaan di akhirat, manakala mereka mengikuti ajaran-ajarannyaJadi al-Quran yang ada di tangan kita sekarang adalah al-Quran yang diturunkan kepada Rasul kita Muhammad dengan keseluruhan dan rinciannya, tidak dinodai oleh tangan-tangan jahil dan tidak akan tersentuh olehnya

D . Beriman Kepada Rasul-Rasul Allah

Nabi dalam bahasa Arab berasal dari kata naba. Dinamakan Nabi karena mereka adalah orang yang menceritakan suatu berita dan mereka adalah orang yang diberitahu beritanya (lewat wahyu). Sedangkan kata rasul secara bahasa berasal dari kata irsal yang bermakna membimbing atau memberi arahan. Definisi secara syar’i yang masyhur, nabi adalah orang yang mendapatkan wahyu namun tidak diperintahkan untuk menyampaikan sedangkan Rasul adalah orang yang mendapatkan wahyu dalam syari’at dan diperintahkan untuk menyampaikannnya.Rasul dan nabi sama-sama mendapatkan wahyu, tetapi sering kali seorang Nabi diutus Allah kepada kaum yang memang sudah beriman sehingga perannya hanya menjalankan syari’ah yang sudah ada itu dan tidak membawa ajaran yang baru.

Ketika Rasulullah ditanya oleh Abu Dzar, tentang berapa jumlah para nabi dan rasul itu? Nabi menjawab 120 (seratus dua puluh) ribu, dari mereka itu terdapat 313 (tiga ratus tiga belas) rasul. Dari jumlah itu, yang tersebut namanya dalam Al Qur’an terdapt 25 orang, yaitu : 1.Adam, 2. Nuh, 3. Idris, 4. Shalih, 5. Ibrahim, 6. Hud, 7. Luth, 8. Yunus, 9. Ismail, 10. Ishaq, 11. Ya,qub, 12. Yusuf, 13. Ayyub, 14. Syu’aib, 15. Musa, 16.Harun, 17. Yasa’, 18. Dzulkifli, 19. Dawud, 20. Zakariyyah, 21. Sualaiman, 22. Ilyas, 23. Yahya, 24. Isa dan 25. Muhammad SAW.
Para rasul adalah orang yang ma’shum, terlindung dari dosa dan salah dalam kemampuan pemahaman agama, ketaatan, dan menyampaikan wahyu Allah, mereka telah dibekali Allah kesempurnaan dalam hal amanah, shidq/ kejujuran, fathonah/ kecerdasan, dan tabligh/ penyampaian, sehingga selalu siaga dalam menghadapi tantangan dan tugas apapun. Para rasul juga dibekali mukjizat dan tanda-tanda keistimewaan lainnya, untuk membuktikan kebenaran kerasulannya, bahwa mereka datang dari Allah SWT.

E . Beriman Kepada Nabi Muhammad SAW .

Nabi Muhammad SAW adalah putar dari Abdullah bin Abdull muthalib dan Aminah binti Wahab yang keduanya berasal dari suku Qurais. Beliau dilahirkan pada hari senin 12 rabi’ul awal tahun gajah (20 afril 571 M). Beliau adalah penutup para Nabi dan Rasul, serta utusan Allah kepada seluruh manusia. Beliau adalah hamba yang tidak boleh disembah, dan Rasul yang tidak boleh didustakan. Beliau adalah sebaik-baik makhluk, makhluk yang paling utama dan paling mulia di hadapan Allah Ta’ala, derajatnya paling tinggi, dan kedudukannya paling dekat kepada Allah.

Beliau diutus kepada manusia dan jin dengan membawa kebenaran dan petunjuk, yang diutus oleh Allah sebagai rahmat bagi alam semesta, sebagaimana firman-Nya:
“Dan tidaklah Kami mengutusmu melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” [Al-Anbiyaa’: 107]

Allah menurunkan Kitab-Nya kepadanya, mengamanahkan kepadanya atas agama-Nya, dan menugaskannya untuk menyampaikan risalah-Nya. Allah telah melindunginya dari kesalahan dalam menyampaikan risalah ini, sebagaimana firman-Nya:
“Dan tidaklah yang diucapkannya itu (Al-Qur-an) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).” [An-Najm: 3-4]
Di antara mukjizat-mukjizat tersebut dan yang terbesar ada-lah Al-Qur-an yang dengannya Allah mengemukakan tantangan kepada ummat yang paling fasih dan paling mendalam (bahasanya) serta paling mampu bermanthiq (berlogika). Mukjizat terbesar -setelah Al-Qur-an- yang dengannya Allah menguatkan Nabi-Nya Shallallahu ‘Alaihi wa ‘Ala Alihi wa Sallam adalah mukjizat Isra’ dan Mi’raj.Di antara mukjizat beliau juga adalah:
Terbelahnya bulan, suatu mukjizat besar yang Allah berikan kepada Nabi-Nya Shallallahu ‘Alaihi wa ‘Ala Alihi wa Sallam sebagai bukti atas kenabian-nya. Hal itu terjadi di Makkah ketika kaum musyrikin meminta suatu bukti dari beliau.Memperbanyak makanan untuk beliau, dan ini terjadi pada beliau Shallallahu ‘Alaihi wa ‘Ala Alihi wa Sallam lebih dari sekali.Memperbanyak air, dan air tersebut memancar di antara jari-jemarinya yang mulia, serta makanan bertasbih untuknya saat dimakan. Hal ini sering kali terjadi pada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam Beliau mengabarkan sebagian perkara ghaib. Beliau mengabar-kan tentang hal-hal yang terjadi yang jauh darinya segera setelah kejadiannya. Beliau pun mengabarkan tentang perkara-perkara ghaib yang belum terjadi, lalu terjadi setelah itu, sebagaimana yang beliau Shallallahu ‘Alaihi wa ‘Ala Alihi wa Sallamó kabarkan, dan lain-lainnya.

F . Beriman Kepada Hari Kiamat .

Hari kiamat adalah hari berakhirnya kehidupan didunia ini . Percaya kepada hari kiamat termasuk rukun iman oleh karena itu sebagai umat islam kita wajib meyakini bahwaAllah akan mengadakan hari kiamat .
Firman Allah SWT .
وَأَنَّ السَّاعَةَ آتِيَةٌ لَّا رَيْبَ فِيهَا وَأَنَّ اللَّهَ يَبْعَثُ مَن فِي الْقُبُورِ


Artinya :
Sesungguhnya hari kiamat pastilah datang ,tidak ada keraguan padanya:dan bahwasanya Allah membangkitkan semua orang didalam kubur .(QS.Al-Hajj 7 )
Hari kiamat itu terbagi kepada 2 bagian :
1 . Kiamat Sughra .
Kiamat sughra adalah kiamat kecil, yaitu musnah nya sesuatu benda atau mati nya suatu makhluk,seperti meninggal nya manusia .
2 . Kiamat Kubra .
Kiamat Kubra adalah kiamat besar, yaitu musnahnya alam beserta isinya . Dan kemudian semua makhluk akan di hidupkan atau dibangkitkan kembali .
Apabila kiamat datang maka alam beserta isinya akan hancur dan musnah,yang kekal hanyalah Allah SWT,pada hari kiamat ini manusia yang telah mati akan kembali dibangkitkan dari kuburnya . Malaikat Israfil dengan ijin Allah SWT melaksanakan tugasnya untuk membangkitkan manusia dari kuburnya,pada hari itu disebut dengan hari kebangkitan .Setelah manusia dibangkitkan dari kuburnya,kemudian dikumpulkan pada suatu tempat yang disebut padang mahsyar,hari berkumpulnya manusia pada waktu itu disebut dengan Yaumil Mahsyar.Dipadang mahsyar ini,manusia akan diperlihatkan buku catatan amal perbuatannya kepada seluruh manusia .

Pada hari itu juga tidak seorangpun yang dapat menolong orang lain,masing-masing mempertanggungjawbkan seluruh perbuatannya didunia yang dicatat oleh malaikat ,yaitu malaik,at Rakib dan malaikat Atib.Maka pada waktu itulah dilaksanakan hari perhitungan(yaumil Hisab).

Pada hari perhitungan itu Allah SWT membalas semua perbuatan manusia dengan seadil-adilnya. Bagi orang yang beriman dan beramal saleh,maka mereka memperoleh kesenangan yaitu dimasukkan kedalam surga,dan mereka kekal didalamnya .
Orang-Orang yang kekal dalam neraka adalah orang yang semasa hidupnya didunia selalu berbuat dosa dan durhaka .

G . Iman Kepada Qadha Dan Qadar .

Pengertian Qadha dan Qadar Menurut bahasa Qadha memiliki beberapa pengertian yaitu: hukum, ketetapan,pemerintah, kehendak, pemberitahuan, penciptaan. Menurut istilah Islam, yang dimaksud dengan qadha adalah ketetapan Allah sejak zaman Azali sesuai dengan iradah-Nya tentang segala sesuatu yang berkenan dengan makhluk. Sedangkan Qadar arti qadar menurut bahasa adalah: kepastian, peraturan, ukuran. Adapun menurut Islam qadar perwujudan atau kenyataan ketetapan Allah terhadap semua makhluk dalam kadar dan berbentuk tertentu sesuai dengan iradah-Nya. Firman Allah:
الَّذِي لَهُ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَلَمْ يَتَّخِذْ وَلَدًا وَلَمْ يَكُن لَّهُ شَرِيكٌ فِي الْمُلْكِ وَخَلَقَ كُلَّ شَيْءٍ فَقَدَّرَهُ تَقْدِيرًا
Artinya: yang kepunyaan-Nya-lah kerajaan langit dan bumi, dan Dia tidak mempunyai anak, dan tidak ada sekutu bagiNya dalam kekuasaan(Nya), dan dia telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya. (QS .Al-Furqan ayat 2).

Untuk memperjelas pengertian qadha dan qadar, berikut ini dikemkakan contoh. Saat ini Abdurofi melanjutkan pelajarannya di SMK. Sebelum Abdurofi lahir, bahkan sejak zaman azali Allah telah menetapkan, bahwa seorang anak bernama Abdurofi akan melanjutkan pelajarannya di SMK. Ketetapan Allah di Zaman Azali disebut Qadha. Kenyataan bahwa saat terjadinya disebut qadar atau takdir. Dengan kata lain bahwa qadar adalah perwujudan dari qadha.

Pada uraian tentang pengertian qadha dan qadar dijelaskan bahwa antara qadha dan qadar selalu berhubungan erat . Qadha adalah ketentuan, hukum atau rencana Allah sejak zaman azali. Qadar adalah kenyataan dari ketentuan atau hukum Allah. Jadi hubungan antara qadha qadar ibarat rencana dan perbuatan.

Diriwayatkan bahwa suatu hari Rasulullah SAW didatangi oleh seorang laki-laki yang berpakaian serba putih , rambutnya sangat hitam. Lelaki itu bertanya tentang Islam, Iman dan Ihsan. Tentang keimanan Rasulullah menjawab yang artinya: Hendaklah engkau beriman kepada Allah, malaekat-malaekat-Nya, kitab-kitab-Nya,rasul-rasulnya, hari akhir dan beriman pula kepada qadar(takdir) yang baik ataupun yang buruk. Lelaki tersebut berkata” Tuan benar”. (H.R. Muslim)

Kita harus yakin dengan sepenuh hati bahwa segala sesuatu yang terjadi pada diri kita, baik yang menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan adalah atas kehendak Allah.

Dengan beriman kepada qadha dan qadar, banyak hikmah yang amat berharga bagi kita dalam menjalani kehidupan dunia dan mempersiapkan diri untuk kehidupan akhirat. Hikmah tersebut antara lain: Melatih diri untuk banyak bersyukur dan bersabar, Menjauhkan diri dari sifat sombong dan putus asa, Memupuk sifat optimis dan giat bekerja,Menenangkan jiwa .

H . Tanda-Tanda Orang Beriman .

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.(yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada mereka.Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. Mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Tuhannya dan ampunan serta rezki (nikmat) yang mulia."(QS.Al Anfal 2-4)

Dari Ayat tersebut telah jelas lah bahwa beberapa tanda-tanda orang yang benar-benar beriman kepada Allah adalah:
1. Bila disebut nama Allah gemetarlah Hatinya
2. Apabila Dibacakan Ayat-ayat Allah bertambahlah Imannya
3. Mereka selalu bertawakal Kepada Allah
4. Mendirikan Shalat
5. Menafkahkan (berinfaq, shadaqoh)

Tanda-tanda hati yang beriman (= hati yang bening = hati yang selamat == QALBUN SALIM), yaitu :
1. Cinta kepada Allah dengan amat sangat
2. Kembali dan bergantung kepada Allah
3. Asik dalam beribadah
4. Rindu kepada Allah
5. Tentram bersama Allah
6. Memperhatikan waktu
7. Lunak untuk berdzikir
I . Hal-Hal Yang Merusak Iman .

hal-hal yang bisa merusak iman antara lain

A. Riya
Riya artinya memperlihatkan (menampakan) diri kepada orang lain, supaya diketahuui kehebatan perbuatannya, baik melalui pembicaraan, tulisan ataupun sikap dan perbuatan dengan tujuan mendapat perhatian, penghargaan dan pujian manusia, bukan ikhlas karena Allah.

B. Takabur
Pengertian takabur menurut bahasa adalah membesarkan diri, menganggap dirinya lebih besar dari orang lain. Menurut istilah, suatu sikap mental yang merasa diri lebih besar, lebih tinggi, lebih pandai dan memandang kecil serta rendah terhadap orang lain.Takabur itu dapat digolongkan dua bagian, yaitu takabur batin dan takabur lahir.

C. Nifaq
Nifaq ialah sifat yang berbeda antara lahir dan batin atau tidak sesuai antara ucapan dengan perbuatan. Orang yang mepunyai sifat nifaq disebut munafiq.

D. Fasiq
Fasiq artinya meniggalkan perintah Allah Subahanahu Wa Ta’ala, tidak berbakti kepada Allah, atau keluar dari perintah Allah SWT. Orang fasiq ialah orang yang tahu perintah dan larangan Allah , tetapi ia tidak mau melaksanakan perintah-Nya dan meniggalkan larangan-Nya.

E. Perbuatan Dosa
Perbuatan dosa ialah segala perbuatan yang dilarang oleh Allah Subhanahuu Wa Ta’ala dan Rasul-Nya yang tercantum dalam Al Qur’an dan Al Hadits. Ini adalah pengertian dari segi huukum formal. Secara psikologis, yang disebut perbuatan dosa ialah segala perbuatan yang apabila dilakukan akan terasa salah dalam hati, dan merasa tidak senang jika perbuatannya itu diketahui orang lain.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

1. arti iman adalah percaya dengan sepenuh hati tanpa ada sedikipun keraguan didalamnya sehingga tercermin dalam pandangan hidup, sikap, dan tingkah laku.
2. rukun iman mencakup, iman kepada Allah, malaikat, kitab kitab Allah, rasul Allah, hari kiamat dan qadha dan qadar.
3. tanda tanda orang beriman
a. Bila disebut nama Allah gemetarlah Hatinya
b. Apabila Dibacakan Ayat-ayat Allah bertambahlah Imannya
c. Mereka selalu bertawakal Kepada Allah
d. Mendirikan Shalat
e. Menafkahkan (berinfaq, shadaqoh)
4. hal hal yang merusak iman adalah riya’ takabbur, nifaq, fasiq, dan perbuatan dosa.

B, Kritik dan Saran

Dalam penulisan makalah ini, tentu banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Agama RI.Al Qur’an dan terjemahnya.PT.Syamil Cipta Media, Bandung: 2005
Saputra, Thayib Sab. Wahyudin. Aqidah Akhlak. PT Karya Toha Putra, Semarang: 1994
Lubis, Ilyas. Rafriandi. Pendidikan Agama Islam. Jabal Rahmat, Medan: 1994
Nur’aini, Dyah Siti. Aqidah Akhlak. Alfath, Solo: 2008

Makalah PAI Tentang Iman Kepada Qada Dan Qadar


KATA PENGANTAR


Puji syukur marilah kita panjatkan kehadirat illahi rabbi yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya kepada kita semua sehingga kita dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Qada dan Qadar”.
Salawat serta salam marilah kita limpahkan kepada baginda kita yakni Nabi Besar Muhammad Saw beserta keluarga dan kerabatnya.
Dengan kehadiran makalah ini mudah-mudahan dapat membantu dalam proses belajar mengajar dalam bermakna bagi kita semuanya Amin.
Akhirnya kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah serta kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk pembuatan makalah yang akan datang.

Bayah, Maret 2008

Penyusun


PENDAHULUAN


Tujuan pembuatan makalah ini semata-mata hanya untuk memenuhi tugas pada mata pelajaran pendidikan agama islam, serta untuk memperluas pengetahuan kita tentang qada dan qodar di mana kita dapat memahami apa yang disebut qada dan qodar serta fungsinya. dan berusaha mengimani dengan cara melaksanakan ibdah, seperti shalat lima waktu, puasa ramadhan, shalat sunah dan sebagainya.
Qada dan qodar merupakan ketentuan atau ketetapan dari Allah SWT sehingga kita tidak dapat mengubah ketentuan tersebut.




IMAN KEPADA QADA DAN QADAR


A. Hubungan Qada dan Qadar
Dalam Al-Quran kata qada berarti hukum atau keputusan (Q.S. An-Nisa : 65), perintah (Q.S. Al-Isra : 23), kehendak ( Q.S. Ali Imran : 47), dan mewujudkan atau menjadikan (Q.S. Fusillat : 12). Sedangkan kata qadar berarti kekuasaan atau kemampuan (Q.S. Al-Baqoroh : 236), ketentuan atau kepastian (Q.s. Al Mursalat : 23), Ukuran (Q.S. Ar Ra’d :17), dengan mengatur serta menentukan suatu menurut batas-batasnya (Q.S. Fussilat : 10).
Ulama Asy’ariah, yang di pelopori oleh Abu Hasan Al Asy’Ari (wafat di basrah Tahun 330 H), berpendapat bahwa qada ialah kehendak Allah SWT mengenai segala hal dan keadaan, kebaikan dan keburukan, yang sesuai dengan apa yang akan di ciptakan dan tidak akan berubah-ubah sampai terwujudnya kehendak tersebut. Sedangkan qadar adalah perwujudan kehendak Allah SWT terhadap semua mahkluknya dalam bentu-bentuk dan batasan-batasan tertentu, baik mengenai zat-zatnya ataupun sipat-sipatnya.
Menurut ulama Asy’ariah ini, jelaslah bahwa hubungan qada dengan qadar merupakan satu kesatuan, karena qada merupakan kehendak Allah SWT, sedangkan qadar merupakan perwujudan dari kehendak itu. Qada bersifat Qadim (lebih dulu ada) sedangkan qadar bersipat hadis (baru).
Selain itu, ada pula ulama yang berpendapat bahwa hubungan antara qada dan qadar merupakan dwi tunggal, karena dapat di katakan bahwa pengertian qada sama dengan pengertian qadar.
Rasulullah SAW ketika di tanya oleh malaikat Jibril tentang dasar-dasar iman, beliau hanya menyebutkan (iman kepada qadar”, tanpa menyebutkan iman kepada qada dan qadar. Rasulullah SAW bersabda :
االإ يمان أ ن تو من با لله وملا ئكته وكتبه ورسله واليوم الا خر وتومن با لقد ر خيره وسره (رواه مسلم)
Artinya : “Iman itu ialah engkau percaya kepada Allah, para malaikatnya, kitab-kitabnya, para Rasulnya, hari akhirat, dan engkau percaya kepada qadar yang baiknya ataupun yang buruk”. (H.R. Muslim)

Iman kepada qada dan qadar dalam ungkapan sehari-hari lebih popular dengan sebutan iman kepada takdir. Iman kepada takdir berarti percaya bahwa segala apa yang terjadi di alam semesta ini, seperti adanya siang dan malam, adanya tanah yang subur dan yang tandus, hidup dan mati, rezeki dan jodoh seseorang merupakan kehendak dan ketentuan Allah SWT.
Hukum beriman kepada takdir adalah fardu’ain. Seseorang yang mengaku islam, tetapi tidak beriman pada takdir dapat di anggap murtad. Ayat-ayat Al-Quran yang menjelaskan tentang iman kepada takdir cukup banyak, antara lain :
... إذا قضي أمرا فإ نما يقول له كن فيكون.
Artinya : “Apabila Allah hendak menetapkan sesuatu, maka Allah hanya cukup berkata kepadanya : “jadilah”, lalu jadilah dia”. (Q.S. Ali Imran, 3 : 47)
... وقدرفيها أقواتها ...
Artinya : “dan dia menentukan padanya kadar makanan-makanan (penghuni) nya”. (Q.S. Fussilat, 41 : 10)
... وكان أمر الله قدرا مقدورا.
Artinya : “Dan ketetapan Allah itu suatu ketetapan yang pasti berlaku” (Q.S. Al Ahzab, 33 : 38)

Apakah manusia itu musayyar (di paksakan oleh kekuatan Allah) atau mukhayyar (di beri kebebasan untuk menentukan pilihannya sendiri)? Tidak benar kalau di iasana manusia itu mutlak musayyar, tetapi juga keliru jika di katakana manusia itu mutlak mukhayyar.
Hal –hal yang musayyar misalnya, setiap manusia yang hidup di bumi tubuhnya tidak ias terbebas dari gaya tarik bumi, beberapa organ tubuh manusia seperti paru-paru, jantung, alat pernapasan, dan peredaran darah bekerja secara otomatis diluar kesadaran atau perasaan, bahkan ketika manusia tidur sekalipun.
Adapun hal yang mukhayyar mislanya, manusia mempunyai kebebasn untuk memilih dan berbuat sesuai dengan kodratnya sebagai mahluk. Allah SWT melalui Rasulnya telah memberikan petunjuk tentang jalan yang lurus, yang harus di tempuh manusia, kalau ia ingin masuk surga, dan jalan yang sesat yang harus di jauhi manusia jika ia tidak ingin masuk neraka. Allah SWT berfirman :
وهد ينه النجد ين
Artinya : “Dan kami telah menunjukan kepada dua jalan (jalan kebajikan dan jalan kejahatan)”. (Q.S. Al-Balad, 90 : 10)

Bahwa manusia mempunyai kebebasan untuk menentukan pilihan dalam berbuat. Hal itu tersirat dalam pristiwa berikut yang terjadi pada masa Rasulullah SAW dan Khalifah Umar bin Khatab RA.




B. Ikhtiar dan Tawakal
1. Ikhtiar
Melakukan berbagai macam usaha (ikhtiar) yang halal dengan maksud untuk mengubah nasib atau terhindar dari suatu bencana, merupakan printah Allah dan Rasulnya. Allah SWT berfirman yang artinya, “dan katakanlah, bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasulnya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu”. (Q.S. At-taubat, 9 : 105). Rasulullah bersabda, “berusahalah untuk duniamu seolah-olah kamu akan hidup selama-lamanya dan berusahalah untuk akheratmu seolah-olah kamu akan mati besok”. (H.R Ibnu Asakir).
Apakah setiap usaha (iktiar) manusia pasti berhasil? Tidak setiap usaha manusia berhasil. Kadang-kadang usaha tersebut mengalami kegagalan. Kegagalan dalam suatu usaha itu antara lain di sebabkan karena keterbatasan – keterbatasan dan kekurangan-kekurangan yang terdapat dalam diri manusia sendiri. Setiap muslim atau muslimat apabila gagal dalam suatu usaha hendaknya bersabar. Orang yang bersabar tidak akan gelisah dan berkeluh kesah, apabila berputus asa (lihat Q.S. Yusuf, 12 : 87). Malah ia akan meningkatkan kegiatan usahanya, agar pada usaha selanjutnya tidak mengalami kegagalan.
Diantara cara-cara yang harus di tempuh agar suatu usaha berhasil adalah sebagai berikut :
a. Menguasai bidang usaha yang di laksanakannya
b. Berusaha dengan sungguh-sungguh
c. Melandasi usahanya dengan niat ikhlas karena Allah
d. Berdoa kepada Allah agar memperoleh pertolongannya.

Allah SWT berfirman sebagai berikut :
... إ ن الله لايغير ما بقوم حتى يغير وا مابا نفسهمقلى...
Artinya : …“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum (kecuali) bila mereka sendiri mengubah keadaan…”. (Q.S. Ar-Ra’d, 13 : 11)

Dalam surah yang lain, Allah SWT berfirman yang artinya, “dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah di usahakannya. Dan bahwasanya usahanya itu kelas akan di perlihatkan (kepadanya). Kemudian dia akan di beri balsan yang paling sempurna, dan bawa sanya kepada tuhanmulah kesudahan (segala sesuatu)”. (Q.S. An-Najam, 53 : 39-42).

2. Tawakal
Islam melarang setiap pemeluknya untuk menganut fatalisme, yaitu paham atau ajaran yang mengharuskan berserah diri pada nasib dan tidak perlu berikhtiar, karena hidup manusia di kuasai dan di tentukan oleh nasib. Fatalisme adalah paham yang keliru, menyimpang dari ajaran tentang iman pada takdir, penghambat kemajuan dan penyebab kemunduran umat. Setiap muslim (muslimat) yang betul-betul beriman kepada takdir, selain wajib untuk berikhtiar, juga wajib bertawaqal kepada Allah SWT. Dalam hal ini Allah SWT berfirman sebagai berikut :
... فإذا عزمت فتو كل على اللهجإن الله يحب المتو كلين.
Artinya : “Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawaqal”. (Q.S. Ali Imran, 3 : 159)

Selain itu, Allah SWT juga berfirman :
قل لن يصيبنا إلاّ ما كتب الله لناج هو مولانا وعلى الله فليتو كل المؤ منون.
Artinya : “Katakanlah, sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah di tetapkan Allah bagi kami. Dialah pelindung kami, dan hanyalah kepada Allah orang-orang yang beriman harus bertawakal”. (Q.S. At-Taubah, 9 : 51).

Seorang muslim (muslimat) yang betul-betul bertawakal pada Allah, tentu akan berusaha agar senantiasa bersikap dan berprilaku sesuai dengan kehendak Allah SWT yaitu melaksanakan semua perintahnya dan meninggalkan semua apa yang di larangnya. Muslim/muslimat yang selama hidupnya betul-betul bertawakal kepada Allah SWT, tentu akan memperoleh banyak hikmah antara lain sebagai berikut :
q Di cintai oleh Allah SWT (lihat Q.S. Ali Imran, 3 : 159)
q Di anigerahi rezeki yang cukup, Allah SWT berfirman :
... ومن يتو كل على الله فهو حسبهج ...
Artinya : “Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah, maka Allah akan mencukupkan (keperluannya)….” (Q.S. At-Talaq, 65 : 3)
q Di anugerahi ketentraman hidup, tidak akan gelisah dan berkeluh kesah, apalagi putus asa. Hal ini di sebabkan karena orang yang bertawakal pada Allah akan bersyukur bila berada dalam situasi yang menyenangkan. (lihat Q.S. Al-Hadid, 57 : 22-23)
q Di senangi oleh orang banyak, karena budi pekertinya yang terpuji dan hidupnya yang bermanfaat.

C. Fungsi Iman Kepada Qada dan Qadar
Allah SWT mewajibkan umat manusia untuk beriman kepada qada dan qadar (takdir), yang tentu mengandung banyak fungsi (hikmah atau manfaat), yaitu antara lain :
q Memperkuat keyakinan bahwa Allah SWT, pencipta alam semesta adalah tuhan Yang Maha Esa , maha kuasa, maha adil dan maha bijaksana. Keyakinan tersebut dapat mendorong umat manusia (umat islam) untuk melakukan usaha-usaha yang bijaksana, agar menjadi umat (bangsa) yang merdeka dan berdaulat. Kemudian kemerdekaan dan kedaulatan yang di perolehnya itu akan di manfaatkannya secara adil, demi terwujudnya kemakmuran kesejahteraan bersama di dunia dan di akherat.
q Menumbuhkan kesadaran bahwa alam semesta dan segala isinya berjalan sesuai dengan ketentuan – ketentuan Allah SWT (sunatullah) atau hukum alam. Kesadaran yang demikian dapat mendorong umat manusia (umat islam) untuk menjadi ilmuan-ilmuan yang canggih di bidangnya masing-masing, kemudian mengadakan usaha-usaha penelitian terhadap setiap mahluk Allah seperti manusia, hewan, tumbuhan, air, udara, barang tambang, dan gas. Sedangkan hasil – hasil penelitiannya di manfaatkan untuk meningkatkan kesejahteraan manusia kearah yang lebih tinggi. (lihat dan pelajari Q.S. Almujadalah, 58 : 11)
q Meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT. Iman kepada takdir dapat menumbuhkan kesadaran bahwa segala yang ada dan terjadi di alam semesta ini seperti daratan, lautan, angkasa raya, tanah yang subur, tanah yang tandus, dan berbagai bencana alam seperti gempa bumi, gunung meletus, serta banjir semata-mata karena kehendak, kekuasaan dan keadilan Allah SWT. Selain itu, kemahakuasaan dan keadilan Allah SWT akan di tampakkan kepada umat manusia, takkala umat manusia sudah meninggal dunia dan hidup di alam kubur dan alam akhirat. Manusia yang ketika di dunianya bertakwa, tentu akan memperoleh nikmat kubur dan akan di masukan kesurga, sedangkan manusia yang ketika di dunianya durhaka kepada Allah dan banyak berbuat dosa, tentu akan memperoleh siksa kubur dan di campakan kedalam neraka jahanam. (lihat dan pelajari Q.S. Ali Imran, 3 : 131 – 133).
q Menumbuhkan sikap prilaku dan terpuji, serta menghilangkan sikap serta prilaku tercela. Orang yang betul-betul beriman kepada takdir (umat islam yang bertakwa ) tentu akan memiliki sikap dan prilaku terpuji seperti sabar, tawakal, qanaah, dan optimis dalm hidup. Juga akan mampu memelihara diri dari sikap dan prilaku tercela, seperti: sombong, iri hati, dengki, buruk sangka, dan pesimis dalam hidup. Mengapa demikian? Coba kamu renungkan jawabannya! (lihat dan pelajari Q.S. Al-Hadid, 57 : 21-24)
q Mendorong umat manusia (umat islam) untuk berusaha agar kualitas hidupnya meningkat, sehingga hari ini lebih baik dari hari kemarin dan hari esok lebih baik dari hari ini. Umat manusia (umat islam) jika betul-betul beriman kepada takdir, tentu dalam hidupnya di dunia yang sebenar ini tidak akan berpangku tangan. Mereka akan berusaha dan bekerja dengan sungguh-sungguh di bidangnya masing-masing, sesuai dengan kemampuannya yang telah di usahakan secara maksimal, sehingga menjadi manusia yang paling bermanfaat. Rasulullah SAW bersabda yang artinya: “sebaik-baiknya manusia ialah yang lebih bermanfaat kepada manusia”. (H.R. At-Tabrani).

IMAN KEPADA QADHA DAN QADAR

Pengertian Qadha dan Qadar Menurut bahasa Qadha memiliki beberapa pengertian yaitu: hukum, ketetapan,pemerintah, kehendak, pemberitahuan, penciptaan. Menurut istilah Islam, yang dimaksud dengan qadha adalah ketetapan Allah sejak zaman Azali sesuai dengan iradah-Nya tentang segala sesuatu yang berkenan dengan makhluk. Sedangkan Qadar arti qadar menurut bahasa adalah: kepastian, peraturan, ukuran. Adapun menurut Islam qadar perwujudan atau kenyataan ketetapan Allah terhadap semua makhluk dalam kadar dan berbentuk tertentu sesuai dengan iradah-Nya. Firman Allah: lihat Al-Qur’an on line di google

Artinya: yang kepunyaan-Nya-lah kerajaan langit dan bumi, dan Dia tidak mempunyai anak, dan tidak ada sekutu bagiNya dalam kekuasaan(Nya), dan dia telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya. (QS .Al-Furqan ayat 2).

Untuk memperjelas pengertian qadha dan qadar, berikut ini dikemkakan contoh. Saat ini Abdurofi melanjutkan pelajarannya di SMK. Sebelum Abdurofi lahir, bahkan sejak zaman azali Allah telah menetapkan, bahwa seorang anak bernama Abdurofi akan melanjutkan pelajarannya di SMK. Ketetapan Allah di Zaman Azali disebut Qadha. Kenyataan bahwa saat terjadinya disebut qadar atau takdir. Dengan kata lain bahwa qadar adalah perwujudan dari qadha.

2. Hubungan antara Qadha dan Qadar

Pada uraian tentang pengertian qadha dan qadar dijelaskan bahwa antara qadha dan qadar selalu berhubungan erat . Qadha adalah ketentuan, hukum atau rencana Allah sejak zaman azali. Qadar adalah kenyataan dari ketentuan atau hukum Allah. Jadi hubungan antara qadha qadar ibarat rencana dan perbuatan.

Perbuatan Allah berupa qadar-Nya selalu sesuai dengan ketentuan-Nya. Di dalam surat Al-Hijr ayat 21 Allah berfirman, yang artinya sebagai berikut: lihat Al-Qur’an on line di google

Artinya ” Dan tidak sesuatupun melainkan disisi kami-lah khazanahnya; dan Kami tidak menurunkannya melainkan dengan ukuran yang tertentu.”

Orang kadang-kadang menggunakan istilah qadha dan qadar dengan satu istilah, yaitu

Qadar atau takdir. Jika ada orang terkena musibah, lalu orang tersebut mengatakan, ”sudah takdir”, maksudnya qadha dan qadar.

3.Kewajiban beriman kepada dan qadar

Diriwayatkan bahwa suatu hari Rasulullah SAW didatangi oleh seorang laki-laki yang berpakaian serba putih , rambutnya sangat hitam. Lelaki itu bertanya tentang Islam, Iman dan Ihsan. Tentang keimanan Rasulullah menjawab yang artinya: Hendaklah engkau beriman kepada Allah, malaekat-malaekat-Nya, kitab-kitab-Nya,rasul-rasulnya, hari akhir dan beriman pula kepada qadar(takdir) yang baik ataupun yang buruk. Lelaki tersebut berkata” Tuan benar”. (H.R. Muslim)

Lelaki itu adalah Malaekat Jibril yang sengaja datang untuk memberikan pelajaran agama kepada umat Nabi Muhammad SAW. Jawaban Rasulullah yang dibenarkan oleh Malaekat Jibril itu berisi rukun iman. Salah satunya dari rukun iman itu adalah iman kepada qadha dan qadar. Dengan demikian , bahwa mempercayai qadha dan qadar itu merupakan hati kita. Kita harus yakin dengan sepenuh hati bahwa segala sesuatu yang terjadi pada diri kita, baik yang menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan adalah atas kehendak Allah.

Sebagai orang beriman, kita harus rela menerima segala ketentuan Allah atas diri kita. Di dalam sebuah hadits qudsi Allah berfirman yang artinya: ” Siapa yang tidak ridha dengan qadha-Ku dan qadar-Ku dan tidak sabar terhadap bencana-Ku yang aku timpakan atasnya, maka hendaklah mencari Tuhan selain Aku. (H.R.Tabrani)

Takdir Allah merupakan iradah (kehendak) Allah. Oleh sebab itu takdir tidak selalu sesuai dengan keinginan kita. Tatkala takdir atas diri kita sesuai dengan keinginan kita, hendaklah kita beresyukur karena hal itu merupakan nikmat yang diberikan Allah kepada kita. Ketika takdir yang kita alami tidak menyenangkan atau merupakan musibah, maka hendaklah kita terima dengan sabar dan ikhlas. Kita harus yakin, bahwa di balik musibah itu ada hikmah yang terkadang kita belum mengetahuinya. Allah Maha Mengetahui atas apa yang diperbuatnya.

4.Hubungan antara qadha dan qadar dengan ikhtiar

Iman kepada qadha dan qadar artinya percaya dan yakin dengan sepenuh hati bahwa Allah SWT telah menentukan tentang segala sesuatu bagi makhluknya. Berkaitan dengan qadha dan qadar, Rasulullah SAW bersabda yang artinya sebagai berikut yang artinya

”Sesungguhnya seseorang itu diciptakan dalam perut ibunya selama 40 hari dalam bentuk nuthfah, 40 hari menjadi segumpal darah, 40 hari menjadi segumpal daging, kemudian Allah mengutus malaekat untuk meniupkan ruh ke dalamnya dan menuliskan empat ketentuan, yaitu tentang rezekinya, ajalnya, amal perbuatannya, dan (jalan hidupny) sengsara atau bahagia.” (HR.Bukhari dan Muslim dari Abdullah bin Mas’ud).

Dari hadits di atas dapat kita ketahui bahwa nasib manusia telah ditentukan Allah sejak sebelum ia dilahirkan. Walaupun setiap manusia telah ditentukan nasibnya, tidak berarti bahwa manusia hanya tinggal diam menunggu nasib tanpa berusaha dan ikhtiar. Manusia tetap berkewajiban untuk berusaha, sebab keberhasilan tidak datang dengan sendirinya.

Janganlah sekali-kali menjadikan takdir itu sebagai alasan untuk malas berusaha dan berbuat kejahatan. Pernah terjadi pada zaman Khalifah Umar bin Khattab, seorang pencuri tertangkap dan dibawa kehadapan Khalifah Umar. ” Mengapa engkau mencuri?” tanya Khalifah. Pencuri itu menjawab, ”Memang Allah sudah mentakdirkan saya menjadi pencuri.”

Mendengar jawaban demikian, Khalifah Umar marah, lalu berkata, ” Pukul saja orang ini dengan cemeti, setelah itu potonglah tangannya!.” Orang-orang yang ada disitu bertanya, ” Mengapa hukumnya diberatkan seperti itu?”Khalifah Umar menjawab, ”Ya, itulah yang setimpal. Ia wajib dipotong tangannya sebab mencuri dan wajib dipukul karena berdusta atas nama Allah”.

Mengenai adanya kewajiban berikhtiar , ditegaskan dalam sebuah kisah. Pada zaman nabi Muhammad SAW pernah terjadi bahwa seorang Arab Badui datang menghadap nabi. Orang itu datang dengan menunggang kuda. Setelah sampai, ia turun dari kudanya dan langsung menghadap nabi, tanpa terlebih dahulu mengikat kudanya. Nabi menegur orang itu, ”Kenapa kuda itu tidak engkau ikat?.” Orang Arab Badui itu menjawab, ”Biarlah, saya bertawakkal kepada Allah”. Nabi pun bersabda, ”Ikatlah kudamu, setelah itu bertawakkalah kepada Allah”.

Dari kisah tersebut jelaslah bahwa walaupun Allah telah menentukan segala sesuatu, namun manusia tetap berkewajiban untuk berikhtiar. Kita tidak mengetahui apa-apa yang akan terjadi pada diri kita, oleh sebab itu kita harus berikhtiar. Jika ingin pandai, hendaklah belajar dengan tekun. Jika ingin kaya, bekerjalah dengan rajin setelah itu berdo’a. Dengan berdo’a kita kembalikan segala urusan kepada Allah kita kepada Allah SWT. Dengan demikian apapun yang terjadi kita dapat menerimanya dengan ridha dan ikhlas.

Mengenai hubungan antara qadha dan qadar dengan ikhtiar ini, para ulama berpendapat, bahwa takdir itu ada dua macam :

1.Takdir mua’llaq: yaitu takdir yang erat kaitannya dengan ikhtiar manusia. Contoh seorang siswa bercita-cita ingin menjadi insinyur pertanian. Untuk mencapai cita-citanya itu ia belajar dengan tekun. Akhirnya apa yang ia cita-citakan menjadi kenyataan. Ia menjadi insinyur pertanian. Dalam hal ini Allah berfirman: lihat Al-Qur’an on line di google

Artinya: Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia. ( Q.S Ar-Ra’d ayat 11)

2.Takdir mubram; yaitu takdir yang terjadi pada diri manusia dan tidak dapat diusahakan atau tidak dapat di tawar-tawar lagi oleh manusia. Contoh. Ada orang yang dilahirkan dengan mata sipit , atau dilahirkan dengan kulit hitam sedangkan ibu dan bapaknya kulit putih dan sebagainya.

B.Hikmah Beriman kepada Qada dan qadar

Dengan beriman kepada qadha dan qadar, banyak hikmah yang amat berharga bagi kita dalam menjalani kehidupan dunia dan mempersiapkan diri untuk kehidupan akhirat. Hikmah tersebut antara lain:

1.Melatih diri untuk banyak bersyukur dan bersabar

Orang yang beriman kepada qadha dan qadar, apabila mendapat keberuntungan, maka ia akan bersyukur, karena keberuntungan itu merupakan nikmat Allah yang harus disyukuri. Sebaliknya apabila terkena musibah maka ia akan sabar, karena hal tersebut merupakan ujian

Firman Allah: lihat Al-Qur’an on line di google

Artinya:”dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah( datangnya), dan bila ditimpa oleh kemudratan, maka hanya kepada-Nya lah kamu meminta pertolongan. ”( QS. An-Nahl ayat 53).

2.Menjauhkan diri dari sifat sombong dan putus asa

Orang yang tidak beriman kepada qadha dan qadar, apabila memperoleh keberhasilan, ia menganggap keberhasilan itu adalah semata-mata karena hasil usahanya sendiri. Ia pun merasa dirinya hebat. Apabila ia mengalami kegagalan, ia mudah berkeluh kesah dan berputus asa , karena ia menyadari bahwa kegagalan itu sebenarnya adalah ketentuan Allah.

Firman Allah SWT: lihat Al-Qur’an on line di google

Artinya: Hai anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir. (QS.Yusuf ayat 87)

Sabda Rasulullah: yang artinya” Tidak akan masuk sorga orang yang didalam hatinya ada sebiji sawi dari sifat kesombongan.”( HR. Muslim)

3.Memupuk sifat optimis dan giat bekerja

Manusia tidak mengetahui takdir apa yang terjadi pada dirinya. Semua orang tentu menginginkan bernasib baik dan beruntung. Keberuntungan itu tidak datang begitu saja, tetapi harus diusahakan. Oleh sebab itu, orang yang beriman kepada qadha dan qadar senantiasa optimis dan giat bekerja untuk meraih kebahagiaan dan keberhasilan itu.

Firaman Allah: lihat Al-Qur’an on line di google

Artinya : Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. (QS Al- Qashas ayat 77)

4.Menenangkan jiwa

Orang yang beriman kepada qadha dan qadar senangtiasa mengalami ketenangan jiwa dalam hidupnya, sebab ia selalu merasa senang dengan apa yang ditentukan Allah kepadanya. Jika beruntung atau berhasil, ia bersyukur. Jika terkena musibah atau gagal, ia bersabar dan berusaha lagi. lihat Al-Qur’an on line di google

Artinya : Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang tenang lagi diridhai-Nya. Maka masuklah kedalam jamaah hamba-hamba-Ku, dan masuklah kedalam sorga-Ku.( QS. Al-Fajr ayat 27-30)

makalah iman kepada Qada dan Qadar

Iman kepada Qada’ dan Qadar Allh AWT


Standar kompetensi

Meningkatkan iman nkepada Qada’ dan Qadar

Kompetensi dasar;

• Menjelaskan penertian iman kepada Qada’ dan Qadar
• Menunjukan bukti/dalil kebenaran akan adanya Qada’ dan Qadar.
• Menjelaskan berbagai tanda dan peristiwa yang berhubungan adanya Qada dan Qadar.
• Menunjukan ciri-ciri prilaku orang yang beriman kepada Qada’ dan Qadar.
• Menampilakn prilaku yang mencerminkan keimanan kepada Qada’ dan Qadar.

1. Pengertian beriman kepada Qada’ dan Qadar
Iman adalah keyakinan yang diyakini didalam hati, diucapkan dengan lisan, dan dilaksanakan dengan amal perbuatan.
Kalau kita melihat qada’menurut bahasa artinya Ketetapan.Qada’artinya ketatapan Allah swt kepada setiap mahluk-Nya yang bersifat Azali.Azali Artinya ketetapan itu sudah ada sebelumnya keberadaan atau kelahiran mahluk.
Sedangkan Qadar artinya menurut bahasa berarti ukuran.Qadar artinya terjadi penciptaan sesuai dengan ukuran atau timbangan yang telah ditentuan sebelumnya. Qaqda’ Qadar dalam keseharian sering kita sebut dengan takdir.
2. Dalil kebenaran adanya Qada dan Qadar
Takdir terbagi menjadi dua bagian,yakninya:

a. Taqdir Mu’allaq

Taqdir mu’allaq adalah taqdir Allah swt yang masih dapat diusahakan kejadianya oleh manusia.
Sebagai contoh dalam kehidupan ini, kita sering melihat dan mengalami sunnahtullah,hukum Allah yang berlaku di bumi ini,yaitu hukum sebab akibat yang bersifat tetap yang merupakan qada dan qadar sesuai kehendak swt.Seperti, bumi brputar pada porosnya 24 jam sehari;bersama bulan,bumi mengitari bumi kurang lebih 365 hari setahun; bulan mengitari bumi setahun {356 hari};air kalau dipanaskan pada suhu 100 celsius akan mendidih,dan kalau didinginkan pada suhu. Akan menjadi es ;matahari terbit disebelah timur dan teggelam disebelah barat;dan banyak lagi contoh lainnya,kalau kita mau memikirkannya.

b. Taqdir Mubram
Taqdir mubram ialah taqdir yang pasti terjadi dan tidak dpat dielakkan kejadiannya.dapat kita beri contoh nasib manusia,lahir, kematian, jodoh dan rizkinya,terjadinya kiamat.dan sebagainya.
Qada’qadar Allah swt yang berhubungan dengan nasib manusia adalah rasia Allah swt.hanya Allah swt yang mengetahuinya. Manusia diperintahkan mengetahui qada’dan qadarnya melalui usaha dan ikhtiar. Kapan manusia lahir, bagaimana ststusnya sosialnya, bagaimana rizkinya ,siapa anak istrinya,dan kapanya meninggalnya,adalah rahasia Allah swt.jalan hidup manusia seperti itusdudah ditetapkan sejak zaman azali yaitu masa sebelum terjadinya sesuatuatau massa yang tidak bermulaan.tidak seorang pun yang mengetahui hal tersebut. adapun yang pernah kita dengar peramal yang hebat,ketahuilah wahai saudara ku itu adalah kebohongan balaka.kalaupun ada orang seperti itu maka amal ibadahnya tidak akan diterima. Bahkan para tukng ramal pun mendapat azab dengan siksaan yang pedih karena telah membohongi manusia dengan pura-pura mengetahui rahasia Allah SWT. Allah swt berFirman:





Artiya:”setiap bencana yang menimpa di bumi dan yang menimpa dirimu sendiri,semuanya telah tertulis dalam kitab {lauh mahfuz} sebelum kami mewujudkannya.sungguh yang demikian itu mudah bagi Allah.” {Q.S.Al-hadid,}

Ayat diatas menjelaskan bahwa manusia seelum diciptakan ,ALLAH SWT teriebih dahulu telah menentukan ketetapan-ketetapanNya bagi manusia yang ditulis dilauh mahfuz
. Dengan menyakini qada dan qadarnya, lantas apakah kita hgarus pasrah begitu saja?Toh, semua nasib manusia dan perbuatan manusia telah datentukan oleh ALLAH SWT. Tapi siapakah yang mentaqdirkan manusia iti?,siapa yang tau bahwa kita-kita manjadi petani, pedagang ,atau bahkan penjahat,siapa jodoh kita.bagaimana rezki kita,dan lain sebagainya?siapa yang tau kalau kita jadi petani,pedagang ataukan pejabat? Tidak ada seorang pun yang tau!untuk itu alangkah naifnya kalau kit pasrah begitu saja. Pasrah berarti mernunggu taqdir,sedangkan taq1dir itu tidak kita ketahui, oleh sebab itu,sikap hidup ialah mencari taqdir.artinya berusaha dernga sekuat tenaga melalui berbagai cara yang ditunjukan Allah SWT.untuk menentukan nasib kita sendiri.iyalah yang disebut dengan ikhtiar.
Allah SWT berfirman:





Artinya:“…….sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan mereka sendiri .dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka tidak dapat yang menolaknya dan tidak ada pelindung bagi mereka selain Dia,:”{Q.S.Ar-RA’DU,13:11).

Jadi, jika manusia ingin ansibnya membaik,mereka harus merubahnya simaksimal mungkin ke yang lebih baik.tampa usaha yang kuat Allah swt tidak akan mengubah tiba-tiba.Namun seandainya Alla swt tetap menghendaki nasibnya tidak berubah,itu adalah hak Allah SWT.



3. Fungsi beriman kepada Qada’dan Qadar Allah SWT.
Beriman kepada qada’dan qadar mempunyai fungsi penting bagi manusia dalam kehipan sehari-hari.Diantaranya:


1) Mempunyai semangat ikhtiar
Qada’ dan qadar Allah SWT tentang nasib manusia rahasia Allah SWT yang yang semata.karna tidak tau nasibnya,maka manusi tidak boleh menunggu dengan pasrah.manusia harus tau nasibnya.bagaimana caranya?yaitu dengan mempajari dan dengan mempraktikkan hokum-hukum Allah SWT.yang telah diberikan kepada manusia.
Ikhtar artinya melakukan perbuatan yang baik dengan penuh kesungguhan dan keyakinan akan hasil yang baik bagi dirinya.dengan pemahaman srperti itulah ,seorang muri akan bekerja keras agar biasa sukses,pedagang akan hidup hemat agar usahanya berkembang, dan sebagainya. Allah SWT berfirman;




Artinya:“Dan bahwa manusia hanya meperoleh apa yang usahakannya.Dan sesungguhnya usahanya itu kelak akan diperlihatkan(kepadanya).’(Q.S.An-Najm,53:39-40)

2) Mempunyai sifat sabar dalam menghadapi cobaan
Dengan percaya qada’ dan qadar,manusia akan sadar bahwa kehidupan adalah ujian-ujian yang harus dilalui dengan sabar.sabar adalah skap mental yang teguh pendirian,berani menghadapi tantangan ,tahan uji,dan tidak menyerah pada kesulitan.Teguh pendirian berarti tidak mudah goyah dalam memagang prisip atau pedoman hidup.berani menghadapi tantangan berarti berani menghadapi cobaan ,penderitaan ,kesakitan dan kesensaraan,.cobaan harus dihadapi dengan tenang,dipikir dengan jernih, dicari jalan keluarnya tampa menyerah pada kesulitan,dan akhirnya diserahkan kepada Allah SWT.Allah SWT berfirman:




Artinya: Apakh manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya mengatakan ,’kami telah beriman ,”dan mereka tidak di uji”(Q.S.AL-Ankabut,29:2)

3) Sabar bahwa cobaan adalah qada’dan qadar dari Allah SWT
Segala yang ada di alam semesta hakikatnya adalah milik Allah SWT dan suatu saat akan kembali kepada Allah SWT.

Firman Allah SWT:

Artinya:“(Yaitu orang-orang apabila ditimpa musibah,mereka berkata’Inna’lilliahi wa inna ilaihi rajiun’.(Q.S. Albaqaraqh,2:156)

4. Ciri-ciri dari beriman kepada qadha dan qadhar
a. Qana’ah Dan Kemuliaan Diri.
Seseorang yang beriman kepada qadar mengetahui bahwa rizkinya telah tertuliskan, dan bahwa ia tidak akan meninggal sebelum ia menerima sepenuhnya, juga bahwa rizki itu tidak akan dicapai oleh semangatnya orang yang sangat berhasrat dan tidak dapat dicegah oleh kedengkian orang yang dengki. Ia pun mengetahui bahwa seorang makhluk sebesar apa pun usahanya dalam memperoleh ataupun mencegahnya dari dirinya, maka ia tidak akan mampu, kecuali apa yang telah Allah tetapkan baginya.
Dari sini muncullah qana’ah terhadap apa yang telah diberikan, kemuliaan diri dan baiknya usaha, serta membebaskan diri dari penghambaan kepada makhluk dan mengharap pemberian mereka.
Hal tersebut tidak berarti bahwa jiwanya tidak berhasrat pada kemuliaan, tetapi yang dimaksudkan dengan qana’ah ialah, qana’ah pada hal-hal keduniaan setelah ia menempuh usaha, jauh dari kebakhilan, kerakusan, dan dari mengorbankan rasa malunya.
Apabila seorang hamba dikaruniai sikap qana’ah, maka akan bersinarlah cahaya kebahagiaan, tetapi apabila sebaliknya (apabila ia tidak memiliki sikap qana’ah), maka hidupnya akan keruh dan akan bertambah pula kepedihan dan kerugiannya, disebabkan oleh jiwanya yang tamak dan rakus. Seandainya jiwa itu bersikap qana’ah, maka sedikitlah musibahnya. Sebab orang yang tamak adalah orang yang terpenjara dalam keinginan dan sebagai tawanan nafsu syahwat.
Kemudian, bahwa qana’ah itu pun dapat menghimpun bagi pelakunya kemuliaan diri, menjaga wibawanya dalam pandangan dan hati, serta mengangkatnya dari tempat-tempat rendah dan hina, sehingga tetaplah kewibawaan, melimpahnya karamah, kedudukan yang tinggi, tenangnya bathin, selamat dari kehinaan, dan bebas dari perbudakan hawa nafsu dan keinginan yang rendah. Sehingga ia tidak mencari muka dan bermuka dua, ia pun tidak melakukan sesuatu kecuali hal itu dapat memenuhi (menambah) imannya, dan hanya kebenaranlah yang ia junjung.
Kesimpulannya, hal yang dapat memutuskan harapan kepada makhluk dari hati adalah ridha dengan pembagian Allah Azza wa Jalla (qana’ah). Barangsiapa ridha dengan hukum dan pembagian Allah, maka tidak akan ada tempat pada hatinya untuk berharap kepada makhluk.
Di antara kalimat yang indah berkenaan dengan hal ini adalah sya’ir yang dinisbatkan kepada Amirul Mukminin, ‘Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu ‘anhu:
Qana’ah memberikan manfaat kepadaku berupa kemuliaan adakah kemuliaan yang lebih mulia dari qana’ah Jadikanlah ia sebagai modal bagi dirimu kemudian setelahnya, jadikanlah takwa sebagai barang dagangan. Niscaya akan engkau peroleh keuntungan dan tidak perlu memelas kepada orang yang bakhil Engkau akan memperoleh kenikmatan dalam Surga dengan kesabaran yang hanya sesaat.
Berkata Imam asy-Syafi’i rahimahullahu: Aku melihat qana’ah sebagai perbendaharaan kekayaan maka aku pegangi ekor-ekornya Tidak ada orang yang melihatku di depan pintunya dan tidak ada orang yang melihatku bersungguh-sungguh dengannya Aku menjadi kaya dengan tanpa dirham dan aku berlalu di hadapan manusia seperti raja. Tsa’alabi berkata, “Sebaik-baik ucapan yang saya dengar tentang qana’ah ialah ucapan.
Ibnu Thabathaba al-‘Alawi: Jadilah engkau orang yang qana’ah dengan apa yang diberikan kepadamu maka engkau telah berhasil melewati kesulitan qana’ah orang yang hidup berkecukupan Sesungguhnya usaha dalam mencapai angan, nyaris membinasakan
dan kebinasaan seseorang terletak dalam kemewahan.
b. Cita-Cita Yang Tinggi.
Maksud dari cita-cita yang tinggi adalah menganggap kecil apa yang bukan akhir dari perkara-perkara yang mulia. Sedangkan cita-cita yang rendah, yaitu sebaliknya dari hal itu, ia lebih mengutamakan sesuatu yang tidak berguna, ridha dengan kehinaan, dan tidak menggapai perkara-perkara yang mulia. Iman kepada qadar membawa pelakunya kepada kemauan yang tinggi dan menjauhkan mereka dari kemalasan, berpangku tangan, dan pasrah kepada takdir.
Karena itu, Anda melihat orang yang beriman kepada qadar -dengan keimanan yang benar- adalah tinggi cita-citanya, besar jiwanya, mencari kesempurnaan, dan menjauhi perkara-perkara remeh dan hina. Ia tidak rela kehinaan untuk dirinya, tidak puas dengan keadaan yang pahit lagi menyakitkan, dan tidak pasrah terhadap berbagai aib dengan dalih bahwa takdir telah menentukannya. Bahkan keimanannya mengharuskannya untuk berusaha bang-kit, mengubah keadaan yang pahit serta menyakitkan kepada yang lebih baik dengan cara-cara yang disyari’atkan, dan untuk terbebas dari berbagai aib dan kekurangan. (Karena) berdalih dengan takdir hanyalah dibenarkan pada saat tertimpa musibah, bukan pada aib-aib (yang dilakukannya)

c. Bertekad Dan Bersungguh-Sungguh Dalam Berbagai Hal.
Orang yang beriman kepada qadar, ia akan bersungguh-sungguh dalam berbagai urusannya, memanfaatkan peluang yang datang kepadanya, dan sangat menginginkan segala kebaikan, baik akhirat maupun dunia. Sebab, iman kepada qadar mendorong kepada hal itu, dan sama sekali tidak mendorong kepada kemalasan dan sedikit beramal.
Bahkan, keimanan ini memiliki pengaruh yang besar dalam mendorong para tokoh untuk melakukan pekerjaan besar, yang mereka menduga sebelumnya bahwa kemampuan mereka dan berbagai faktor yang mereka miliki pada saat itu tidak cukup untuk menggapainya. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Artinya ; …Bersungguh-sungguhlah terhadap apa yang bermanfaat bagimu, minta tolonglah kepada Allah, dan janganlah bersikap lemah! Jika sesuatu menimpamu, janganlah mengatakan, 'Seandainya aku melakukan, niscaya akan demikian dan demikian.' Tetapi katakanlah, 'Ini takdir Allah, dan apa yang dikehendaki-Nya pasti terjadi..
d. Bersikap Adil, Baik Pada Saat Senang Maupun Susah.
Iman kepada qadar akan membawa kepada keadilan dalam segala keadaan, sebab manusia dalam kehidupan dunia ini mengalami keadaan bermacam-macam. Adakalanya diuji dengan kefakiran, adakalanya mendapatkan kekayaan yang melimpah, adakalanya menikmati kesehatan yang prima, adakalanya diuji dengan penyakit, adakalanya memperoleh jabatan dan popularitas, dan adakalanya setelah itu dipecat (dari jabatan), hina, dan kehilangan nama.
Perkara-perkara ini dan sejenisnya memiliki pengaruh dalam jiwa. Kefakiran dapat membawa kepada kehinaan, kekayaan bisa mengubah akhlak yang baik menjadi kesombongan, dan perilakunya menjadi semakin buruk.
Sakit bisa mengubah watak, sehingga akhlak menjadi tidak lurus, dan seseorang tidak mampu tabah bersamanya. Demikian pula kekuasaan dapat mengubah akhlak dan meng-ingkari sahabat karib, baik karena buruknya tabiat maupun sem-pitnya dada.
Sebaliknya dari hal itu ialah pemecatan. Adakalanya hal itu dapat memburukkan akhlak dan menyempitkan dada, baik karena kesedihan yang mendalam maupun karena kurangnya kesabaran.Begitulah, keadaan-keadaan tersebut menjadi tidak lurus pada garis keadilan, karena keterbatasan, kebodohan, kelemahan, dan kekurangan dalam diri hamba tersebut.
Kecuali orang yang beriman kepada qadar dengan sebenarnya, maka kenikmatan tidak membuatnya sombong dan musibah tidak membuatnya berputus asa, kekuasaan tidak membuatnya congkak, pemecatan tidak menurunkannya dalam kesedihan, kekayaan tidak membawanya kepada keburukan dan kesombongan, dan kefakiran pun tidak menurunkannya kepada kehinaan.
Orang-orang yang beriman kepada qadar menerima sesuatu yang menggembirakan dan menyenangkan dengan sikap menerima, bersyukur kepada Allah atasnya, dan menjadikannya sebagai sarana atas berbagai urusan akhirat dan dunia. Lalu, dengan melakukan hal tersebut, mereka mendapatkan, berbagai kebaikan dan keberkahan, yang semakin melipatgandakan kegembiraan mereka. Mereka menerima hal-hal yang tidak disenangi dengan keridhaan, mencari pahala, bersabar, menghadapi apa yang dapat mereka hadapi, meringankan apa yang dapat mereka ringankan, dan dengan kesabaran yang baik terhadap apa yang harus mereka bersabar terhadapnya. Sehingga mereka, dengan sebab itu, akan mendapatkan berbagai kebaikan yang besar yang dapat menghilangkan hal-hal yang tidak disukai, dan digantikan oleh kegembiraan dan harapan yang baik.
‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz rahimahullahu berkata, “Aku memasuki waktu pagi, sedangkan kebahagiaan dan kesusahan sebagai dua kendaraan di depan pintuku, aku tidak peduli yang manakah di antara keduanya yang aku tunggangi.”
e. Selamat Dari Kedengkian Dan Penentangan.
Iman kepada qadar dapat menyembuhkan banyak penyakit yang menjangkiti masyarakat, di mana penyakit itu telah menanamkan kedengkian di antara mereka, misalnya hasad yang hina. Orang yang beriman kepada qadar tidak dengki kepada manusia atas karunia yang Allah berikan kepada mereka, karena keimanan-nya bahwa Allah-lah yang memberi dan menentukan rizki mereka. Dia memberikan dan menghalangi dari siapa yang dikehendaki-Nya, sebagai ujian. Apabila dia dengki kepada selainnya, berarti dia me-nentang ketentuan Allah.
Jika seseorang beriman kepada qadar, maka dia akan selamat dari kedengkian, selamat dari penentangan terhadap hukum-hukum Allah yang bersifat syar’i (syari’at) dan ketentuan-ketentuan-Nya yang bersifat kauni (sunnatullah), serta menyerahkan segala urusannya kepada Allah semata.
5. tanda-tanda orang yang Beriman kepada Qada dan qadar
Dengan beriman kepada qadha dan qadar, banyak hikmah yang amat berharga bagi kita dalam menjalani kehidupan dunia dan mempersiapkan diri untuk kehidupan akhirat. Hikmah tersebut antara lain:
a) banyak bersyukur dan bersabar
Orang yang beriman kepada qadha dan qadar, apabila mendapat keberuntungan, maka ia akan bersyukur, karena keberuntungan itu merupakan nikmat Allah yang harus disyukuri. Sebaliknya apabila terkena musibah maka ia akan sabar, karena hal tersebut merupakan ujian
Firman Allah:


Artinya:”dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah( datangnya), dan bila ditimpa oleh kemudratan, maka hanya kepada-Nya lah kamu meminta pertolongan. ”( QS. An-Nahl ayat 53).
b) Menjauhkan diri dari sifat sombong dan putus asa
Orang yang tidak beriman kepada qadha dan qadar, apabila memperoleh keberhasilan, ia menganggap keberhasilan itu adalah semata-mata karena hasil usahanya sendiri. Ia pun merasa dirinya hebat. Apabila ia mengalami kegagalan, ia mudah berkeluh kesah dan berputus asa , karena ia menyadari bahwa kegagalan itu sebenarnya adalah ketentuan Allah.
Firman Allah SWT:
Artinya: Hai anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir. (QS.Yusuf ayat 87)
Sabda Rasulullah: yang artinya” Tidak akan masuk sorga orang yang didalam hatinya ada sebiji sawi dari sifat kesombongan.”( HR. Muslim)
c) Bbersifat optimis dan giat bekerja
Manusia tidak mengetahui takdir apa yang terjadi pada dirinya. Semua orang tentu menginginkan bernasib baik dan beruntung. Keberuntungan itu tidak datang begitu saja, tetapi harus diusahakan. Oleh sebab itu, orang yang beriman kepada qadha dan qadar senantiasa optimis dan giat bekerja untuk meraih kebahagiaan dan keberhasilan itu.
Firaman Allah:
Artinya : Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. (QS Al- Qashas ayat 77)
d) Jiwanya tenang
Orang yang beriman kepada qadha dan qadar senantiasa mengalami ketenangan jiwa dalam hidupnya, sebab ia selalu merasa senang dengan apa yang ditentukan Allah kepadanya. Jika beruntung atau berhasil, ia bersyukur. Jika terkena musibah atau gagal, ia bersabar dan berusaha lagi.
Artinya : Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang tenang lagi diridhai-Nya. Maka masuklah kedalam jamaah hamba-hamba-Ku, dan masuklah kedalam sorga-Ku.( QS. Al-Fajr ayat 27-30)





















KESIMPULAN

Iman adalah keyakinan yang diyakini didalam hati, diucapkan dengan lisan, dan dilaksanakan dengan amal perbuatan.
Kalau kita melihat qada’menurut bahasa artinya Ketetapan.Qada’artinya ketatapan Allah swt kepada setiap mahluk-Nya yang bersifat Azali.Azali Artinya ketetapan itu sudah ada sebelumnya keberadaan atau kelahiran mahluk.
Sedangkan Qadar artinya menurut bahasa berarti ukuran.Qadar artinya terjadi penciptaan sesuai dengan ukuran atau timbangan yang telah ditentuan sebelumnya. Qaqda’ Qadar dalam keseharian sering kita sebut dengan takdir.

Daftar pustaka
Subki. A’la. Junaidi dkk. Akidah akhlak, gema Nusa. Klaten utara, 2008
www.akidah. Wapsport.com
Akidah. com

PEMBUKAAN BAKTI SILIWANGI MANUNGGAL SATATA SARIKSA (BSMSS) DAN PENUTUPAN TNI MANUNGGAL SINDANGKASIH OLEH WAKIL BUPATI

Majalengka, WIP - Wakil Bupati Majalengka DR. H. Karna Sobahi, M.MPd membuka Bakti Siliwangi Manunggal Satata Sariksa di Desa Tarikolot Kecamatan Palasah, sekaligus menutup TNI Manunggal Sindangkasih (TMSK) yang telah dilaksanakan di Desa Wanasalam Kecamatan Ligung dan Desa Karyamukti Kecamatan Panyingkiran. Kamis (8/9/2011). Turut hadir Ketua DPRD H. Surahman, Unsur Muspida, Sekretaris Daerah Drs. H. Ade Rahmat Ali, MM beserta jajaran pejabat Pemkab Majalengka dan undangan lainnya.

Wakil Bupati Majalengka DR. H. Karna Sobahi, M.MPd bersama-sama Bupati Majalengka H. Sutrisno, SE, M.Si selaku Kepala Daerah mengucapkan terima kasih kepada Kodam III Siliwangi dan Kodim 0617 Majalengka serta pihak-pihak terkait yang telah mendukung berjalannya program “Bakti Siliwangi Manunggal Satata Sariksa” dan TNI Manunggal Sindangkasih.
Wabup juga menyampaikan bahwa tujuan program ini untuk meningkatkan pemebrdayaan masyarakat, sumber daya manusia dan infrastruktur masyarakat pedesaan.
“Untuk menyukseskan Bakti Siliwangi Manunggal Satata Sariksa dan TNI Manunggal Sindangkasih diharapkan partisipasi dan swadaya gotong royong masyarakat secara aktif.” Ujarnya.
“Kepada seluruh komponen agar terus memelihara infrastruktur jalan pasca pembangunan dan menggunakan jalan sesuai tonase yang ditentukan sehingga terarah dan terpadu untuk mendukung kehidupan masyarakat, khususnya pedesaan secara sosial dan ekonomi.” Pungkas Wakil Bupati. Udin Ch*pepeh*

Selasa, 13 September 2011

PT.SEGER PLASTIK MAJALENGKA TEBAR AROMA TIDAK SEDAP

Majalengka, : keberadaan PT.SEGER PLASTIK yang berdomisili di Desa Panjalin Kidul Kec. Sumberjaya Kabupaten Majalengka tepatnya persis disamping jalan raya Cirebon-Bandung Km 25. Sejak awal berdirinya perusahaan tersebut muncul Pro kontra dari masyarakat, namun entah atas pertimbangan apa akhirnya perusahaan tersebut bisa berdiri dan beroperasi ditengah-tengah pemukiman penduduk.Belum lama ini masyarakat sekitar yang berdekatan tempat tinggalnya dengan PT.SEGER PLASTIK yakni warga dari 3 Desa yang berada di Kecamatan Sumberjaya Desa Panjalin Kidul, Desa Banjaran dan Desa Paningkiran menyempatkan diri berkeluh kesa terkait keberadaan PT.SEGER PLASTIK yang disinyalir tidak peduli dengan lingkungan sekitar, kepada Endah ( 27), salah satu warga Desa Paningkiran memaparkan bahwa selama berdiri dan beroperasinya PT.SEGER PLASTIK sepertinya kurang memperdulikan lingkungan sekitar terbukti dengan limbah perusahaan tesebut banyak berceceran kelahan persawahan dan juga limbah perusahaan tersebut dialirkan ke sungai saluran irigasi yang selama ini digunakan petani setempat untuk mengairi sawah." saya heran kenapa pihak perusahaan tidak menata saluran limbahnya sendiri". katanya .Sementara itu menurut salah satu tokoh masyarakat Desa Banjaran yang tempat tinggalnya tidak jauh dari lingkungan PT.SEGER PLASTIK membenarkan bahwa keradaan perusahaan yang mengelolah limbah plastik tersebut dari awal berdirinya menimbulkan prokontra dimasyarakat dan sangat kurang berdampak menyenangkan serta membuat masyarakat tidak nyaman terutama dengan operasional perusahaan tersebut yang dilakukan secara nostop selama 24 jam, sehingga suara bising dari gemuruh mesin-mesin perusahaan sangat mengganggu pendengaran terutama kalau malam hari." kalau malam hari pendengaran saya dan keluarga terganggu dengan suara bising mesin dari pabrik plastik itu, jelas ini sangat mengganggu." tukasnya .ditambahkannya pada saat limbah pengiriman datang dari TPA sampah ( tempat pembuangan akhir ) tercium bau aroma tidak sedap yang bisa mengganggu pernapasan. pihaknya berharap kepada dinas dan instansi terkait untuk mengawasi serta meninjau ulang izin operasional dan keberadaan PT.SEGER PLASTIK tersebut. dalam hal ini camat Sumberjaya Yusanto wibowo Sip.Mp sangat berharap pada pihak perusahaan agar bisa membina lingkungan dan memperdulikan msayarakat disekitarnya " kami akan mencoba memberi masukan pada pihak perusahaan untuk bisa memberikan CSR sebagai bentuk kepedulian perusahaan terhadap lingkungan. sehingga bisa diharapkan kondusifitas antara pihak perusahaan dengan warga sekitar bisa terjalin" demikian ungkapnya saat dikonfirmasi diruang kerjanya belum lama ini.sayang terkait dugaan Pt.Seger Plastik yang tidak memperdulikan lingkungan pihak pimpinan perusaan tersebut saat ditemui tidak ada ditempat dengan alasan sibuk.disamping itu pula saat limbah sampah datang dari TPA aroma sangat menusuk pernapasan

TGL